VII.
Data Pengamatan.
7.1 Analisa unsur
7.1.1 Karbon dan Hidrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Ditempatkan
1-2 gram serbuk CuO kering di atas pemanas bunsen
|
Warna CuO
hitam dan tidak ada terjadi perubahan
|
2.
|
Dicampurkan
dengan gula (1/10 jumlah CuO)
|
Gula larut
|
3.
|
Dialirkan
melalui pipa ke tabung yang berisi 10ml Ca(OH)₂ lalu dipanaskan
|
Terdapat uap
air dan gelembung gas pada tabung reaksi
|
7.1.2 Halogen
a. Tes Beilsten
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dipanaskan
kawat tembaga
|
warna kawat
menjadi kemerah-merahan
|
2.
|
Di dinginkan,
ditetesi 2 tetes benzena, dipijarkan
|
Ada bau gas
dan warna merah pudar dan akhirnya kembali putih
|
b. Tes CaO
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dipanaskan
sejumlah CaO sampai suhu tinggi
|
CaO berbentuk
gumpalan / padatan
|
2.
|
Saat masih
panas, ditambahkan 2 tetes benzena
|
Tercium bau
gas menyengat dan terdapat uap air di pinggir bagian dalam tabung
|
3.
|
Setelah
dingin, didihkan dengan 5ml air suling
|
Larutan
menjadi keruh
|
4.
|
Dituangkan ke
dalam gelas kimia dan dilarutkan dalam HNO₃ encer
|
Muncul gelembung
dan larutan jernih
|
7.1.3 Metode leburan dengan Natrium
a.
Belerang
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Diasamkan 3ml
larutan L (NaOH) dengan asam asetat
|
Warna larutan
bening
|
2.
|
Di didihkan,
diperiksa dengan kertas saring basah yang telah ditetesi Pb-asetat 10%
|
Larutan naik
ke permukaan tabung mendekati kertas saring, terdapat gelembung-gelembung
seperti minyak
|
3.
|
Larutan L
lainnya ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida
|
Larutan
berubah warna dari bening ke kuning pudar
|
b. Nitrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Larutan L (Amoniak)
|
Larutan L (Putih telur)
|
||
1.
|
3 ml larutan
L ditambahkan 5 tetes larutan FeSO₄
|
Terdapat
gumpalan cokelat kehitaman
|
Warna kuning
emas pudar
|
2.
|
Ditambahkan 1
tetes larutan FeCl₃
|
Di
tengah-tengah terdapat minyak kekuningan
|
Warna kuning
emas sedikit pekat
|
3.
|
Ditambahkan 5
tetes larutan KF 10%
|
Gumpalan
menjadi buyar
|
Warna kuning
emas pekat
|
4.
|
Ditambahkan
1-2 ml larutan NaOH 10%, lalu di didihkan
|
Gumpalan
berkumpul ke bawah (mengendap), saat di didihkan larutan menjadi putih susu
|
Warna
perlahan menjadi biru, saat dididihkan meletup-letup
|
5.
|
Diasamkan
dengan asam sulfat encer
|
Larutan
berwarna biru berlin
|
Warna menjadi
biru Berlin, bagian permukaan warna kuning pudar
|
c. Halogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Diasamkan 3ml
larutan L dengan larutan HNO₃ encer
|
Tidak terjadi
reaksi
|
2.
|
Di didihkan
selama 1 menit
|
Terjadi
letupan-letupan
|
3.
|
Ditambahkan 5
ml larutan AgNO₃ encer, dilanjutkan pendidihan
|
Warna abu-abu
kecokelatan, saat di didihkan kembali timbul banyak endapan halus
|
7.2 Penentuan kelas kelarutan
7.2.1 kelarutan
dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut dalam air (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung tidak larut dalam air (-)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak dan air tidak menyatu (+)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan
keruh, berbusa (-)
|
7.2.2 kelarutan
dalam eter
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, gula masih ada (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung masih ada (-)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak larut (+)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
7.2.3 Kelarutan dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
keruh, tepung mengendap (-)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
keruh, minyak merapung (-)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan
jernih, ada busa di permukaan (+)
|
7.2.4 Kelarutan dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Timbul
gelembung, gula larut (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
keruh, saat dikocok timbul gelembung (+)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan
jernih, berbusa (+)
|
7.2.5 Kelarutan dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 5 ml larutan HCl 37%, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 5 ml larutan HCl 37%, dikocok. Kemudian
disaring, dinetralkan dengan 30 tetes NaOH
|
Larutan
sangat keruh (-).
Setelah
disaring larutan bening (-)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 5 ml larutan HCl 37%, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 5 ml larutan HCl 37%, dikocok
|
Larutan
keruh, ada endapan (-)
|
7.2.6 Kelarutan dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat, dikocok.
|
Larutan
kuning pudar, saat dikocok gula menggumpal warna merah kehitaman, gula
tidak larut (-)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, tidak panas, tidak berubah warna (-)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, ada gumpalan diatas (-)
|
7.2.7 Kelarutan dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, butiran gula menyebar dilarutan (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
jernih, ada endapan (+)
|
3.
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
keruh, minyak merapung (-)
|
4.
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan
jernih (+)
|
VIII. Pembahasan
Dengan melakukan identifikasi kepada senyawa-senyawa organik kita akan dapat mengetahui fungsi atau peran dari unsur yang terkandung didalam senyawa organik. Selain kita dapat mengetahui peran dari unsur yang terkandung didalam senyawa organik, dengan melakukan identifikasi kita juga dapat tau sifat kelarutan suatu senyawa organik apakah dapat larut didalam pelarut polar atau non polar. Selain itu jika kita dapat mengetahui kelarutan suatu senyawa organik seperti tingkat kelarutannya kita dapat mengetahui apakah senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Kita dapat melakukan eksperimen atau merancang sebuah eksperimen kecil sendiri mengenai analisis senyawa organik apabila kita dapat mengetahui teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis unsur suatu senyawa organik dan tingkat kelarutan dari senyawa tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
Dengan melakukan identifikasi kepada senyawa-senyawa organik kita akan dapat mengetahui fungsi atau peran dari unsur yang terkandung didalam senyawa organik. Selain kita dapat mengetahui peran dari unsur yang terkandung didalam senyawa organik, dengan melakukan identifikasi kita juga dapat tau sifat kelarutan suatu senyawa organik apakah dapat larut didalam pelarut polar atau non polar. Selain itu jika kita dapat mengetahui kelarutan suatu senyawa organik seperti tingkat kelarutannya kita dapat mengetahui apakah senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Kita dapat melakukan eksperimen atau merancang sebuah eksperimen kecil sendiri mengenai analisis senyawa organik apabila kita dapat mengetahui teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis unsur suatu senyawa organik dan tingkat kelarutan dari senyawa tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
8.1 Analisa Unsur
8.1.1 Karbon dan Hidrogen
Percobaan
ini dilakukan untuk mengidentifikasi unsur karbon dan hidrogen dalam gula.
Pertama serbuk CuO yang berwana hitam ditempatkan diatas cawan porselin lalu
dipanaskan hingga mengering. Setelah CuO dipanaskan dengan menggunakan bunsen
kemudian diletakkan di dalam tabung reaksi pyrex dan dicampur dengan gula
sebanyak 1/10 jumlah dari CuO yang digunakan. Pada ujung tabung reaksi pyrex
disumbat menggunakan sterofom yang dilengkapi dengan pipa pengalir gas. Salah
satu ujung dari pipa pengalir yang lain di letakkan pada tabung reaksi lain
yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2 yang juga dilengkapi dengan
sumbat. Setelah serbuk CuO di campur dengan gula tabung reaksi yang berisi
sampel tersebut dipanaskan kembali, pada saat proses pemanasan serbuk CuO dan
gula bereaksi sehingga menyebabkan timbulnya uap. Uap yang terdapat pada tabung
reaksi yang berisi sampel tersebut mengalir ke tabung reaksi yang berisi
larutan Ca(OH)2 yang menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung pada
tabung reaksi.
8.1.2 Halogen
a. Tes beilsten
pada
tes beilsten ini digunakan kawat tembaga, kawat tembaga dipanaskan dengan
menggunakan bunsen sampai kawat tembaga menjadi kemerah-merahan. Setelah kawat
tembaga dipanaskan kemudian didinginkan lalu di tetesi dengan 2 tetes CCl4
atau yang kami gunakan disini adalah benzena, kemudian dipijarkan
kembali. Pada saat dipijarkan warna nyala dari kawat menjadi merah dan terdapat
uap yang terbentuk.
b. Tes CaO
pada
percobaan ini CaO yang berbentuk gumpalan atau padatan dipanaskan sampai suhu
tinggi. Ketika CaO masih panas ditambahkan 2 tetes CCL4/benzena,
sehingga tercium bau gas yang menyengat dan terdapat uap air di pinggir bagian
dalam tabung. Setelah sampel dingin kemudian didihkan dengan menambahkan 5 ml
air sulng/aquades yang menyebabkan larutan menjadi keruh. Kemudian larutan
tersebut dituangkan kedalam gelas kimia dan dilarutkan dalam HNO3 encer
yang mengakibatkan munculnya gelembung gas.
8.1.3 Metoda Leburan
a. Belerang
Diasamkan
larutan NaOH dengan asam asetat warna awal dari campuran ini bening. Kemudian
campuran tersebut didihkan, kemudian diperiksa dengan kertas saring yang telah
ditetesi pb-asetat. Pada saat larutan dipanaskan larutan naik ke atas permukan
seperti menggelembung gelembung. Kemudian pada larutan NaOH lainnya ditetesi
Na-nitroprosida yang menyebabkan warna larutan awal bening menjadi kuning
jernih.
b. Nitrogen
Pada
penentuan nitrogen ini kami menggunakan dua sampel yaitu amoniak dan putih
telur. Pada 3 ml sampel amoniak awalnya ditambahkan 5 tetes FeSO4 terdapat
gumpalan-gumpalan coklat dan kemudian ditetesi FeCL3 ditengah-tengah
larutan terdapat minyak kekuningan. Pada saat penambahan KF 10% sebanyak 5
tetes gumpalan-gumpalan yang mengendap menjadi menyebar. Ditambahkan 1-2 ml
larutan NaOH 10%, lalu di didihkan sehingga menyebabkan gumpalan berkumpul ke
bawah (mengendap), saat di didihkan larutan menjadi putih susu. Terakhir
diasamkan dengan menggunakan asam sulfat encer yang mengakibatkan larutan
menjadi warna biru merlin.
Pada
sampel putih telur yang digunakan sebanyak 3 ml dimasukkan kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes FeSO4, 1 tetes FeCL3 dan
5 tetes larutan KF 10% sehingga pada larutan putih telur diatas permukaannya
menjadi warna kuning keemasan. Kemudian pada larutan tadi ditambahkan 1-2 ml larutan
NaOH 10% yang membuat warna keemasan yang awalnya hanya terdapat diatas
permukaan kemudian perlahan menjadi merata. Pada saat proses pemanasan atau
pendidihan putih telur memisah dari larutan-larutan yang lain dan putih telur
menjadi padat yang terdapat di permukaan sedangkan larutan atau cairan-cairan
yang lainnya terdapat dibawah dan juga pada saat pendidihan warna larutan
menjadi sangat kuning atau emas pekat. Pada saat proses pendinginan gumpat
putih telur menjadi sangat padat yang menyebabkan larutan larutan tak dapat
tumpah. Setelah dingin larutan tersebut ditambahkan asam sulfat encer beberapa
ml. Setelah penambahan asam sulfat dan didiamkan beberapa saat larutan berubah
menjadi kuning pudar sedangkan gumpalannya menjadi warna biru merlin.
c. Halogen
Diasamkan
larutan NaOH dengan larutan HNO3 encer
tidak terjadi reaksi pada campuran tersebut. Pada saat pendidihan baru selama 1
menit larutan meletup-letup dan pada saat penambah 5 ml larutan AgNO3 encer
kemudian didihkan kembali warna pada larutan menjadi abu-abu kecoklatan. Pada saat
pendidihan yang terakhir larutan baru terdapat endapan atau serbuk-serbuk
berwarna hitam yang terdapat diatas dan dibawah larutan.
8.2 penentuan kelas kelarutan
8.2.1 kelarutan dalam air
Pada penentuan kelarutan ini kami menggunakan 4 sampel
atau 2 sampel padat dan 2 sampel cair. Sampel yang digunakan yaitu gula,
tepung, minyak dan putih telur. Pertama untuk kelarutan dalam air yang
menggunakan sampel gula sebanyak 0,1 gram dan ditambahkan 3 ml air suling
kedalam tabung reaksi kemudian sampel tersebut dikocok. Hasil yang di dapat
pada kelarutan gula dalam air ini larutan jernih dan sebagian gula dalam air
larut yang berarti larutan ini (+). Sampel kedua digunakan 0,1 gram tepung yang
dilarutkan dalam 3 ml air suling menghasilkan larutan yang keruh dan tepung
tidak larut eutuhnya (-). Sampel ketiga menggunakan minyak goreng karena sampel
minyak ini bersifat cair maka digunakan sebanyak 3 tetes yang di larutkan dalam
3 ml air suling. Setelah dikocok larutan berwarna bening akan tetapi minyak dan
air tidak menyatu (+). Sampel ke empat yang juga merupakan sampel cair yaitu
putih telur digunakan sebnyak 3 tetes dan di larutkan dengan 3 ml air suling
hasil yang didapat larutan menjadi keruh dan terdapat busa (-).
8.2.2 kelarutan dalam eter
Pada kelarutan
dalam eter ini kami menggunakan empat seampel yang akan diuji yaitu gula,
tepung, minyak dan juga putih telur. Pertama sampel gula sebanyak 0,1 gram
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan kemudian ditambahkan 3 ml pelarut, pelarut
yang digunakan diganti menjadi benzen.kemudian campuran dikocok dan hasil yang
didapat larutan tetap jernih dan gula masih ada (+). Sampel kedua yang
digunakan yaitu tepung sebanyak 0,1 gram yang dicampung dengan 3 ml benzena
kemudian dikocok sehingga larutan menjadi keruh dan tepung tidak larut (-). Sampel
ketiga yaitu digunakan 3 tetes minyak yang dicampurkan dengan 3 ml air suling. Kemudian
campuran tersebut dikocok hingga merata dan hasih yang kami dapatkan larutan
berwarna jernih dan minyak didalam benzena larut (+). Sampel terakhir yang
digunakan yaitu putih telur, putih telur digunakan sebanya 3 tetes kemudian di
campurkan dengan 3 ml benzena lalu dikocok. Setelah larutan tersebut dikocok
larutan menjadi jernih dan minyak menjadi merapung (+).
8.2.3 kelarutan dalam NaOH 10 %
Pada kelarutan
dalam NaOH ini kami menggunakan 4 sampel yaitu gula, tepung, minyak dan juga
putih telur. Pada sampel pertama yaitu gula dimasukkan 0,1 gram ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%. Campuran tersebut dikocok dan
hasil yang didapat larutan berwarna jernih dan gula yang ada dalam larutan ikut
larut (+). Pada sampel kedua yaitu tepung digunakan 0,1 gram dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 ml larutan NaOH kemudian campuran di dalam tabung
reaksi dikocok sehingga larutan menjadi keruh dan tepung yang adapun menjadi
mengendap (-). Sampel berikutnya yaitu minyak sebanyak 3 tetes dicampurkan
dengan larutan NaOH sebanyak 3 ml,
kemudian larutan dikocok sehingga mendapatkan hasil larutan menjadi keruh dan
minyak terapung (-). Sampel yang terakhir yaitu putih telur sebanyak 3 tetes
dicamputkan dengan 3 ml larutan NaOH kemudian dikocok, hasil yang di dapat yaitu larutan
menjadi jernih akan tetapi terdapat busa di permukaan larutan (+).
8.2.4 Kelarutan dalam NaHCO₃ 5%
Pada kelarutan
dalam NaHCO₃ juga
menggunakan 4 sampel yaitu gula, tepung, minyak dan putih telur. Sampel pertama
gula sebanyak 0,1 gr dilarutkan dalam 3 ml larutan NaHCO₃ kemudian di kocok dan mendapatkan
hasil pada larutan timbul gelembung dan gula menjadi larut(+). Berikutnya tepung
yang akan di larutkan dalam 3 ml larutan NaHCO₃, tepung yang digunakan sebanyak 0,1
gr. Setelah dikocok larutan menjadi keruh dan pada saat campuran dicokok timbul
gelembung (+). Berikutnya minyak sebnyak 3 tetes di campur dengan 3 ml larutan NaHCO₃. Campuran dikocok dan mendapatkan
hasil larutan menjadi jernih dan minyak merapung atau tidak menyatu (+). Yang terakhir
yaitu putih telur sebanyak 3 tetes
ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 10% didalam tabung reaksi kemudian dikocok. Setelah pengocokan
larutan menjadi jernih dan berbusa (+).
8.2.5 kelarutan dalam HCl
Pada sampel
pertama yaitu gula sebanyak 0,1 gr dilarutkan dalam 5 ml HCl 5% (kami
menggunakan larutan HCl 37%) kedalam tabung reaksi kemudian larutan dikocok
sehingga mendapatkan hasil larutan menjadi jernih dan gula larut (+). Yang kedua
tepung 0,1 gr ditambahkan 5 ml larutan HCl 37% menghasilkan larutan yang sangat
keruh dan setelah disaring larutan menjadi menjadi bening (-). Yang ketiga
minyak sebanyak 3 tetes ditambahkan 5 ml larutan HCl 37% menghasilkan larutan
jernih dan minyak tidak menyatu (+). Yang keempat 3 tetes putih telur
ditambahkan 5 ml larutan HCl 37% menghasilkan larutan yang keruh dan terdapat
endapan (-).
8.5.6 Kelarutan dalam H₂SO₄ pekat
Pertama 0,1
gr gula dimasukkan dalam tabung reaksi dan dicamput dengan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat menghasilkan
larutan kuning pudar dan saat dikocok gula menggumpal warna merah kehitaman,
gula tidak larut (-). Kedua 0,1 gr tepung ditambahkan dengan 3 ml larutan
H₂SO₄ pekat menghasilkan larutan
keruh, tidak panas, tidak berubah warna (-). Ketiga 3 tetes minyak yang
dicamprkan dengan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat menghasilkan larutan jernih dan minyak
tidak menyatu (+). Keempat 3 tetes putih telur di campurkan dengan larutan H₂SO₄ pekat menghasilkan
larutan keruh dan terdapat gumpalan diatas larutannya (-).
8.5.7 Kelarutan dalam H₃PO₄ pekat
Pada penentuan
kelarutan dalam H₃PO₄ pekat ini menggunkan 4 sampel yaitu, gula, tepung, minyak
dan putih telur. Pertama gula sebanyak 0,1 gr didlam tabung reaksi ditambahkan dengan
3 ml larutan H₃PO₄ pekat kemudian larutan dikocok dan menghasilkan larutan
jernih dan butir-butir gula menyebar dilarutan(+). Kedua tepung sebanyak 0,1 gr
didalam tabung reaksi ditambahkan dengan 3 ml larutan H₃PO₄ pekat kemudian
larutan dikocok dan menghasilkan larutan jernih dan terdapat endapan(+). Ketiga
minyak sebanyak 3 tetes didalam tabung reaksi ditambahkan dengan 3 ml larutan H₃PO₄
pekat kemudian larutan dikocok dan menghasilkan larutan keruh dan minyak tidak
menyatu(-). Keempat putih telur sebanyak 3 tetes didalam tabung reaksi
ditambahkan dengan 3 ml larutan H₃PO₄ pekat kemudian larutan dikocok dan
menghasilkan larutan jernih (+).
IX. Pertanyaan
Pasca
X. Kesimpulan
- Mengapa gula tidak dapat larut dalam benzena?
- Mengapa pada percobaan halogen menggunakan tes beilstein kawat ditetesi benzena?
- Mengapa pada percobaan nitrogen di dalam putih telur pada saat penambahan asam sulfat encer gumpalan menjadi berwarna biru berlin?
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan:
- Uji kelarutan merupakan salah satu cara untuk menentukan golongan zat yang karakteristik masing-masing gugus fungsinya. Kelarutan ditentukan dengan melihat apakah pelarut dapat melarutkan larutan. Dikatakan polar bila suatu larutan dapat larut terhadap pelarut juga dan bila tidak larut dikatakan non polar.
- Menentukan sifat senyawa organik berdasarkan kelarutan dan hasil percobaan yang didapatkan. Keberadaan suatu unsur dapat diidentifikasikan dengan memanfaatkan perubahan kimia dimungkinkan karena unsur-unsur mengalami perubahan yang khas.
- Pemisahan anion-anion penentuan kelarutan kedalam golongan utama tergantung pada kelarutan garamnya.
XI. Daftar Pustaka
Gandjar, I.G. dan Rohman, A.
2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Petrucci,
Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.
Tim kimia organik 1. 2016. Penuntun
praktikum kimia organik 1. Jambi: Universitas Jambi.
Vogel.
1985. Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Edisi Kelima. Kalman Media Pustaka, Jakarta. Vreeburg, J.H.G., Boxal, J.B. 2007
Novela melinda (A1C117007) Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. Menurut saya, karena gula merupakan senyawa kovalen polar sedangkan benzena nonpolar, pada umumnya senyawa kovalen polar akan larut dengan pelarut polar begitu juga sebaliknya
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab mengenai penggunaan benzena dalam tes beilstein pada uji halogen yaitu untuk mensterilkan kawat tembaga tersebut. Sehingga hasil yang diperoleh akurat, karena tudak terkontaminasi oleh zat lain
BalasHapussaya Erwin Pasaribu NIM (003) akan menjawab pertanyaan pasca no 3.
BalasHapusgumpalan endapan berubah warna menjadi biru berlin karena putih telur mengandung unsur nitrogen. warna biru berlinlah yang menjadi indikasi terdapatnya unsur nitrogen dalam sampel.