Kamis, 25 April 2019

Jurnal (percobaan 9) Keisomeran Geometri



PERCOBAAN 9
I.         Judul Praktikum
“Keisomeran Geometri”

II.      Hari / Tanggal Praktikum
Jumat / 26 April 2019

III.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
a.       Dapat mengetahui azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
b.      Dapat mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan fisika

IV.   Landasan Teori
Isomer geometri merupakan isomer yang terjadi karena adanya perbedaaan dari letak gugus didalam ruang. Karena adanya perbedaan letak gugus isomer geometri biasanya disebut juga dengan cis-trans. Pada isomer geometri ini tidak akan ada pada kompleks (kompleks merupakan suatu struktur yang terdiri dari atom pusat atau molekul yang berhubungan demgan ikatan koordinasi ke atom atau molekul) dengan struktur linier, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umumnya isomer geometri akan terdapat pada kompleks planar segi empat dan oktahedral. Suatu kompleks yang memiliki isomer hanyalah kompleks-kompleks yang ketika direaksikan ia akan bereaksi sangat lambat dan kompleksnya inert. Mengapa kompleks yang memiliki isomer hanyalah kompleks yang bereaksi lambat dan inert ini dikarenakan jika kompleks-kompleks bereaksi sangat cepat dan kompleks-kompleks yang labil maka ketika bereaksi akan membentuk isomer yang stabil (Keenan, 1992).

Pada isomer geometri gugus atau atom akan terikat dengan suatu senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap atau senyawa organik tersebut memiliki rantai atom karbon yang siklik sehingga menyebabkan gugus atau atom dari senyawa organik tersebut tidak dapat berotasi bebas. Salah satu contoh senyawa organk yang memiliki rantai siklik yaitu pada cincin karbon sikloalkana dan pada sikloalkana ini terbentuk bidang pseudo yang digunakan untuk menetapkan orientasi relatif. Pada orientasi gugus atau atom berada pada sisi cincin disebut “atas” sedangkan untuk sisi lain cincin disebut “bawah”. Untuk menunjukkan gugus yang terletak dibagian atas cincin digunakan ikatan yang berbentuk baji sedangkan untuk gugus yang terletak dibawah cincin digunakan garis tetas.
Jika isomer geometri memiliki orientasi tertentu maka orientasinya dapat diubah contohnya asam maleat yang memiliki dua gugus karboksilat dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan asam fumarat.
Pada isomerisasi ini dikatalisi oleh bermacam pereaksi yaitu seperti asam mineral, asam sulfat / asam klorida dan juga tiourea (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).

Isomer merupakan molekul-molekul yang memiliki rumus kimia yang sama dan ada beberapa dengan jenis ikatan yang sama namun sususnan atomnya berbeda. Sifat  kimia yang dimiliki suatu isomer akan sama dengan isomer-isomer lainnya. Didalam isomer ada terdapat istilah isomer nuklir dimana isomer nuklir memiliki tingkat eksitasi yang berbeda pada tiap-tiap inti atomnya. Salah satu contoh dari isomer yang memiliki sifat kimia yang sama yaitu C3H8O. Dengan rumus kimia tersebut ada 3 isomer yaitu 2 molekul alkohol (1-propanol dan 2-propanol) dan sebuah eter. 2 molekul alkohol yaitu 1-propanol dan 2-propamol ini memiliki sifat kimia yang sama. Pada molekul alkohol 1-propanol atom oksigen yang dimilikinya terletak / terikat pada karbon dibagian ujung, sedangkan molekul alkohol yang kedua yaitu 2-propanol atom oksigen yang dimilikinya terikat pada karbon yang terletak ditengah. Untuk isomer ketiga yaitu metil etil eter sifat yang dimilikinya tidak sama dengan sifat dari 1-propanol dan 2-propanol. Karena metil etil eter merupakan senyawa eter yang atom oksigen yang dimilikinya terikat dengan 2 buah atom karbon bukan satu karbon seperti molekul alkohol (Underwood, 1987).

     Dalam molekul struktur ruang yang dimiliki aton-atom sangat menentukan sifat-sifatnya. Cis dan trans merupakan salah satu gugus yang reaktif dengan gugus-gugus lainnya, dikarenakan cis dan trans sangat reaksit dengan gugus-gugus lainnya maka perbedaaan geometri yang dimiliki dapat dengan mudah ditunjukkan secara kimia, contohnya itu asam maleat dan asam fumarat dimana asam maleat dan asam fumarat masing-masing cis asam butenadioat. Pada asam maleat dapat menghasilkan anhidrid maleat dan 1 mol molekul air apabila asam maleat mengalami pemanasan diatas suhu 130oC. Sedangkan asam fumarat pada suhu 128oC tidak akan meleleh seperti halnya asam maleat melainkan asam fumarat akan menyublim dan dari hasil sumblimanya akan membentuk anhidrat polimerik dan untuk asam fumarat dapat menghasilkan anhidrida maleat bila bila asam fumarat dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi dari ketika ia membentuk anhidrida polimerik.
Pada asam maleat menjadi asam fumarat perubahan isomer-isomer geometrinya dapat terjadi apabila ikatan rangkap yang dimiliki asam maleat dan asam fumarat yaitu C=C diubah terlebih dahulu menjadi ikatan tungga C-C, bila ikatan rangkap telah diubah menjadi ikatan tunggal maka perputaran dapat berlangsung dengan bebas dengan adanya ikatan tunggal tersebut.
(Tim kimia organik I, 2016)

    Untuk beberapa senyawa kompleks koordinasi pada ikatan kovalennya akan ada kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer karena pada ikatan kovalen pada runagan sekitar ion logam pusat akan terikat ligan-ligan. Senyawa isomer sendiri adalah suatu molekul-molekul dan juga ion-ion yang memiliki susunan atom yang sama sehingga bangun yang dimiliki senyawa isomer dan sifat-sifatnya berbeda. Pada umumnya terdapat 2 keisomeran yang biasa digunakan untuk senyawa kompleks koordinasi yaitu keisomeran cis trans dan keisomeran optik (Fessenden, 1997).

V.      Alat dan Bahan
5.1         Alat
·      Erlenmeyer
·      Bunsen
·      Corong buchner
·      Labu bulat
·      Alat penentu titik leleh
5.2         Bahan
·      Kertas saring
·      Anhidrida maleat
·      HCl pekat
·      Kondesor refluks

VI.   Prosedur Kerja
     Didihkan 20 ml air suling didalam erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 15 gr anhidrida maleat. Anhidrida ini mula-mula akan melebur (153Oc) kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400 gr/100 ml air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79 gr/100 ml) pada 25oC. Setelah larutan menjadi jernih, dinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan. Kumpulkan asam maleat diatas corong buchner, keringkan dan tetukan titik lelehnya. Jangan buang filtrat yang mengandung banyak maleat terlarut.
     Pindahkan larutan filtrat ke dalam labu bundar 100 ml, tambahkan 15 ml HCl pekat dan refluks perlahan-lahan selama 10 menit. Kristal asam fumarat akan segera mengendap dari larutan (kelarutannya dalam air 9,8 gr/100 ml pada 100 dan 0,7 gr/100 ml pada 25oC). Dinginkan larutan pada suhu kamar, kumpulkan asam fumarat dalam corong buchner dan rekristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per gr asam). Tentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.

LINK VIDIO

Pertanyaan:
1.    Apa fungsi penambahan potongan-potongan padat hitam kecil sebelum dilakukannya refluks?
2.      Apa fungsi dilakukannya perendaman dengan menggunakan air es setelah proses refluks?
3.   Pada vidio tersebut bagaimana cara menghangatkan air suling yang akan digunakan untuk campuran kristal-kristal asam maleat?








Rabu, 17 April 2019

Jurnal (percobaan 8) Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom



PERCOBAAN 8
I.         Judul Praktikum
“Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom”

II.      Hari / Tanggal Praktikum
Kamis / 18 April 2019

III.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
a.    Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
b.  Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
c.    Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

IV.   Landasan Teori
       Kromatografi merupakan teknik yang digunakan untuk memisahkan suatu caampuran zat menjadi kompponen-komponen penyusun dari campuran zat tersebut, sehingga komponen-komponen dari campuran tersebut dapat di analisis secara mendalam. Kromatografi sendiri memiliki beberapa jenis yaitu: kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion dan kromatografi afinitas. Khromatograsi merupakan suatu komponen yang menyususn zat dimana dalam penyusunannya terletak pada perbedaan afinitas dari setiap jenis analit (komponen yang telah terpisah melalui proses kromatografi) terhadap fasa diam dan fasa gerak. suatu daya adsorpsi terhadap fasa diam dan suatu kelarutan dari analit terhadap fasa gerak yang digunakan merupakan suatu tentuan untuk afinitas dari suatu analit. Jika adsorpsi analit terhadap fasa diam semakin kuat dan terhadap fasa geraknya memiliki kelarutan yang kecil akan menyebabkan waktu tinggalnya didalam kolom semakin lama sedangkan jika adsorpsi analit lemah terhadap fasa diam dan terhadap fasa geraknya memiliki kelarutan yang tinggi akan menyebabkan waktu tinggalnya dikolom sebentar (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).

Kromatografi merupakan teknik yang digunakan dalam memisahkan suatu campuran-campuran menjadi komponen-komponennya sendiri dengan menggunakan sifat fisik masing-masing komponen yang akan dipisahkan. Dalam proses kromatografi ini digunakan alat-alat kolom, didalam kolom akan diisi dengan stasioner diam dimana stasioner diam ini dapat berupa cariran ataupun padatan. Campuran yang akan dipisahkan akan dimasukkan kedalam kolom diamana campuran akan bergerak didalam kolom dengan bantuan dari fasa gerak. Pemisahan akan dicapai ketika perbedaan laju turun dari masing-masung komponen yang dipisahkan dalam kolom dan ditentukan kekuatan adsorpsinya atau koefisien dari partisi antara fasa gerak dan fasa diam (yoshito, 2009). 

Terdapat beberapa kecenderungan dalam proses kromatografi yaitu: molekul-molekul dari komponen memiliki kecenderungan untuk larut dalm cairan, molekul-molekul komponen memiliki kecenderungan untuk melekat pada permukaan padatan halus, dan molekul-molekul komponen memiliki kecenderungan untuk bertukar ion secara kimia. Dalam proses kromatografi komponen atau sampel yang akan dipisahkan harus dapat berinteraksi dengan fasa diamdan juga sampel yang digunakan harus dapat larut dalam fasa gerak. Pemisahan dengan cara kromatografi ini terjadi apabila terdapat perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil dari pemisahan komponen-komponen dengan cara kromatografi ini dapat digunakan untuk beberapa keperluan seperti dalam analisis kualitatif untuk mengidentifikasi, dalam analisis kuantitatif dalam penetapan kadar, dan dalam suatu pekerjaan preparatif dapat memurnikan suatu senyawa kimia (Soebagio, 2000). 

Kromatografi lapis tipis atau teknik KLT dikembangkan oleh Ismailoff dan Schaiber pada tahun 1938. Pada teknik KLT ini sebagai fase diam digunakan lempeng kaca yang dilapisi adsorben. Dalam membentuk kromatologam atau yang dikenal sebagai kromatografi kolom terbuka fase bergeraknya akan merayap sepanjang fase diam. Dengan menggunakan kromatografi lapis tipis ini merupakan metode yang cepat dalam pemisahan dan dengan teknik ini akan mudah untuk memperoleh senyawa-senyawa yang terpisahkan. Sebagai meteri pelapis dalam teknik ini biasa digunakan silica gel namun dapat juga digunakan pelapis yang lain sepereti bubuk selulosa dan tanah diatome. Sedangkan dalam fase diam sebagai pengikatnya dapat digunakan semen, pasir, kanji maupun silica terhidrasi. Dengan teknik KLT ini dapat dilakukan identifikasi senyawa dengan cara menghitung dan membandingkan harga Rf (Retardation factor) semua zat yang terpisah denngan Rf zat autentik.
Rf = jarak yang ditempuh senyawa
    Jarak garis depan pelarut                 (Khopkar, 2010).


Sebuah teknik kromatografi yang dilakukan untuk pemisahan dalam skala preparatif, dari beberapa miligram sampai puluhan gram dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom. Kromatografi kolom dilakukan dengan cara memasukkan bahan penyerap kedalam kolom kaca yang kemudian campuran yang akan dipisahkan dimasukkan juga kedalam kolom kaca sehingga campuran akan terserap oleh bahan penyerap. Eluen yang merupakan fasa gerak akan dialirkan melalui penyerap secara terusmenerus yang akhirnya zat didalam campuran akan terbawa turun dengan kecepatan yang tidak sama karena afinitas campuran terhadap bahan yang berbeda-beda pula. Zat yang terpisah akan turun melewati kolom, zat yang melewati kolom tersebut akan membentuk pita-pita yang akan ditampung beberapa tabung. Fraksi dari beberapa tabung yang menapung zat-zat yang turun melewati kolom berbeda dan dapat dipantau dengan menggunakan TLC, TLC digunakan untuk mengetahhui kuantikas maupun zat yang ada. Untuk mendapatkan zat dalam keadaan murni, zat yang memiliki fraksi yang sama digabungkan yang kemudian pelarutnya akan dihilangkan (Tim kimia organik, 2016).

V. Alat dan Bahan
5.1     Alat
·      Plat TLC
·      Cawan apetri
·      Chamber
·      Piala 250 ml
·      Pipa kapiler
·      Kolom kromatografi
·      Gelas wol
·      Tabung reaksi
·      Penggaris
·      Pensil
·      Batang pengaduk
5.2     Bahan
·      Etanol
·      Metanol
·      Kloroform
·      Etil Asetat
·      N-Heksane
·      Aseton
·      Serium Sulfat
·      10 ekstrak tanaman
·      10 ekstrak daun
·      Silika gel
·      Kertas saring

VI.      Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
·      Siapkan Plat TLC
·      Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform     : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
·      Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
·      Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
·      Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
·      Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
·      Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
·      Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
·      Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2 Kromatografi Kolom
·      Siapkan 10 ekstrak daun
·      Siapkan kolom kromatografi
·      Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
·      Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
·      Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
·      Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
·      Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom

·      Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.

Link Vidio
Pertanyaan:
1.        Dari vidio diatas apa fungsi dimasukkannya kertas saring kedalam eluen?
2.        Dari vidio diatas apa fungsi dari disinarinya lempeng KLT dengan sinar UV?
3.    Faktor apa saja yang mempengaruhi kesetimbangan antara hubungan fasa diam dan fasa gerak?






Kamis, 11 April 2019

Laporan (percobaan 7) Pembuatan Aseton


VII. Data Pengamatan
7.1 Sintesis aseton dengan kalium permanganat
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Dirangkai alat destilasi

2.
Campuran 85 ml aquades + 12 ml asam sulfat pekat + 26 ml 2-propanol dimasukkan kristal KMnO4 sebanyak 16 gr
Pada saat ditambahkannya KMnO4 larutan menjadi mendidih dan pada awalnya berwarna ungu, setelah didiamkan larutan berubah warna menjadi coklat betadin pekat.
3.
Dimasukkan batu didih kedalam labu destilasi dan campuran larutan yang telah diberi kristal KMnO4 sebelumnya. Dilakukan destilasi pada suhu 75oC-80oC
Tetesan pertama pada suhu 78 oC dan pada waktu 3 menit.
Tetesan terakhir pada suhu 76 oC dan pada waktu 6 menit 54 detik
4.
Diukur volume destilat yang di dapatkan
40 tetes (2 ml)
5.
Dibandingkan bau yang ditimbulkan pada hasil destilasi dengan aseton murni
Bau yang ditimbulkan pada hasil destilat sama dengan bau aseton murni yaitu bau balaon.

7.2 Sintesis aseton dengan kalium dikromat
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Dirangkai alat destilasi

2.
H2SO4 pekat  27,5 ml + 50 ml air + 29,2 isopropil alkohol (2-propanol)
Larutan berwarna bening dan menimbukkan panas dengan suhu 67oC
3.
Kristal 10 gram K2Cr2O7 + 100 ml air dilarutkan dalam gelas kimia, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah
Kristal K2Cr2O7 larut dan larutan menjadi berwarna orange
4.
Campuran H2SO4 + air + 2-propanol ditambahkan dengan K2Cr2O7
Awalnya larutan berwarna hijau tosca namun semakin banyak di tambahkan K2Cr2O7 larutan jadi semakin hijau pekat
5.
Dilakukan destilasi
Tetesan pertama pada suhu 83oC dan pada waktu 7 menit 44 detik.
Tetesan terakhir pada suhu 83oC dan pada waktu 8 menit 16 detik.
6.
Diukur volume destilat yang di dapatkan
40 tetes (2 ml)

VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan sintesis terhadap senyawa turunan dari keton yaitu aseton. Aseton merupakan larutan yang tidak  memiliki warna (jernih), mudah menguap dan juga aseton merupakan salah satu pelarut organik yang mudah terbakar. Didalam tubuh manusia aseton dapat ditemui pada urine dan darah manusia tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit, namun jika pada penderita diabetes aseton akan banyak ditemukan di urine dan darah penderita diabetes. Aseton sendiri dalam kehidupan sehari-hari biasa digunakan untuk membersihkan warna kuteks, untuk membuat lantai mengkilap, menghilangkan goresan pada kaca jam tangan, produk kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/).

8.1 Sintesis aseton dengan kalium permanganat
Pada percobaan ini kami melakukan sintesis (pembuatan)  aseton dengan menggunakan oksidator kalium permanganat. Oksidator sendiri merupakan zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami oksidasi sehingga dirinya sendiri akan mengalami reduksi. Pada sintesis aseton ini dibuat dengan cara destilasi. Dimana kita ketahui bahwa destilasi merupakan proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan titik didihnya, dimana zat yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu sedangkan yang memiliki titik didih lebih tinggi akan tetap tertinggal di labu destilasi. Pada percobaan ini pertama dibuat larutan dari campuran aquades sebanyak 85 ml, 26 ml isopropil alkohol (2-propanol)  dan larutan asam sulfat pekat sebanyak 12 ml, selanjutnya campuran larutan yang telah dibuat ini dimasukkan kedalam labu dasar bulat. Sebelum dimasukkannya campuran larutan yang dibuat tadi kedalam labu dasar bulat, dilabu dasar buat ditambahkan terlebih dahulu batu didih. Fungsi penambahan batu didih disini jika pada saat proses pemanasan panas yg terjadi pada larutan menyebar secara merata. Setelah ditambahkan batu didih dimasukkan campuran larutan yg telah dibuat sebelumnya dan di tambahkan dengan kristal KMnO4, kristal KMnO4 sendiri berwarna ungu. Pada saat penambahan kristal KMnO4 kedalam larutan, larutan mula-mula berubah warna menjadi ungu dan penambahan KMnO4 menyebabkan larutan menjadi mendidih. Larutan yang awalnya berwarna ungu setelah didiamkan beberapa saat lama kelamaan larutan berubah warna menjadi coklat betadin pekat dan campuran yang awalnya seperti mendidih juga lama-lama menjadi tidak mendidih. Selanjutnya larutan didestilasi untuk menghasilkan aseton. pada saat destilasi tetesan pertama destilat yang merupakan aseton murni menetetes pada waktu ke 3 menit dari dimulainya proses destilasi dan pada suhu 78oC, disini kami membandingkan hasil yang akan didapat pada sintesis aseton dengan menggunakan kalium permanganat dan kalium dikromat. Pada saat tetesan terakhir yaitu pada tetesan ke 40 atau saat destilat mencapai 2 ml waktu destilasi menunjukkan 6 menit 54 detik dengan suhu yang menurun menjadi 76oC. Kemudian larutan aseton yang didapat dari hasil destilasi ini kami bandingkan baunya dengan bau aseton murni dimana bau yang ditimbulkan pada destilat sama dengan bau aseton murni yaitu bau balon.

8.2 Sintesis aseton dengan kalium dikromat
Pada percobaan ini bertujuan untuk sintesis (pembuatan) aseton dengan menggunakan oksidator kalium dikarbonat (K2Cr2O7). Dan pada sintesis aseton ini juga dibuat dengan cara destilasi. Pertama dibuat terlebih dahulu larutan yang nantinya akan ditambahkan dengan kalium dikromat yaitu campuran dari larutan H2SO4 pekat sebanyak 27,5 ml ditambahkan dengan 50 ml air dan 29,2 isopropil alkohol (2-propanol) pada saat ketiga larutan ini dicampurkan campurannya berwarna bening dan menimbulkan panas sebesar 67oC yang telah kami ukur dengan menggunakan termometer. Kemudian larutann ini dipanaskan kembali denganmenggunakan penangas air sampai mendidih. Selanjutnya diwadah yang terpisah dilarutkan Kristal K2Cr2O7 sebanyak 10 gram dengan menggunakan pelarut air sebanyak 100 ml. Setelah kristal dilarutkan dengan air, air berubah warna menjadi orange yang berarti kristal K2Cr2O7 telah larut secara merata dengan air. Kemudian larutan K2Cr2O7 dimasukkan kedalam corong pisah yang nantinya akan dicampurkan dengan campuran larutan pertama. Larutan yang telah dibuat pertama tadi yaitu dari campuran asam asetat, air dan 2-isopropil ini ditambahkan dengan larutan K2Cr2O7. Pada saat penambahan larutan K2Cr2O7 larutan berubah warna yang awalnya larutan berwarna hijau tosca namun semakin banyak di tambahkan K2Cr2O7 larutan jadi semakin hijau pekat dan larutan menjadi seperti mendidih akan tetapi hanya sedikit dan sebentar. Kemudian larutan didestilasi untuk menghasilkan destilat yang merupakan aseton. pada saat tetesan pertama destilat yaitu pada 7 menit 44 detik pada suhu 83oC. Pada pembuatan aseton dengan kalium dikromat ini destilasi dilakukan sampai destilat menetes sebanyak 40 tetes (2 ml) agar kami dapat mengetahui perbandingan dari sintesis aseton dengan K2Cr2O7 dan KMnO4. Pada saat destilat menetes pada tetesan ke 40 waktunya menunjukkan 8 menit 16 detik dan pada suhu 83oC tidak kurang maupun lebih dari tetesan pertamanya. Bau yang ditimbulkan pada detilat dari percobaan ini juga sama dengan bau dari aseton murni yaitu bau balon.Disini dapat kita lihat bahwa proses penguapan dari larutan dengan kalium permanganat lebih cepat dibanding dengan menggunakan kalium dikromat, yang berarti KMnO4 lebih cepat menguap dibandingkan dengan K2Cr2O7. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksudator kuat, dimana KMnO4 akan mengoksidasi 2-propanol dan menghasilkana aseton.

IX. Pertanyaan Pasca
  1. Mengapa pada pembuatan aseton ini kalium permanganat lebih cepat menguap dibandingkan kalium dikromat?
  2.  Mengapa pada saat proses destilasi hanya aseton yang menguap?
  3. Apa identifikasi bahwa hasil destilat yang didapat adalah aseton?

X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
  1. Sintesis aseton atau pembuatan aseton dapat dilakukan dengan cara mendestilasi campuran larutan H2SO4, air dan isopropil alkohol yang oksidatornya digunakan dapat berupa senyawa kalium permanganat atau kalium dikromat
  2.  Aseton dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk membersihkan warna kuteks, membuat lantai mengkilap, menghilangkan goresan pada kaca jam tangan, produk kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi.

XI. Daftar Pustaka
Kirk dan Othmer. 1994. Encyelopedia Of Chemical Technology, 3rded. New york: Wiley
Ullman, Fritz. 1985. Encyclopedia of industrial chemistry. Vol 3, John Wile and Sons inc,. New York.
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Wuntu, Audy & Vanda. 2011. Adsorpsi Aseton Pada Arang Aktif Biji Asam Jawa. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2

XII. Lampiran

Proses pemasukkan K2Cr2O7 dengan campuran larutan

Proses pemanasan dalam destilasi

Hasil aseton dari KMnO4

Hasil aseton dari K2Cr2O7

Rangkaian alat destilasi