Rabu, 27 Februari 2019

Jurnal (percobaan 2) Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh



PERCOBAAN 2

I.      Judul Praktikum
“Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh”

II.     Hari / Tanggal Praktikum
 Kamis / 28 Februari 2019

III.  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
a.    Dapat mengetahui prinsip dasar dalam penentuan titikk leleh senyawa murni.
b.    Dapat melakukan kalibrasi termometer sebelum digunakan untuk penentuan titik leleh suatu    senyawa murni.
c.    Dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni.
d.   Dapat melakukan penentuan titik leleh suatu senyawa murni yang diberikan sebagai sampel.

IV.   Landasan Teori
       Pada saat zat padat yang mempunyai molekul-molekul berbentuk kisi yang terikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik dipanaskan maka energi kinetik suatu zat padat tersebut akan naik. Jika suatu zat padat mengalami kenaikan energi kinetik, zat padat tersebut akan meleleh. Zat padat meleleh selain karena adanya energi kinetiknya yang naik juga di akibatkan karena pemanasan zat padat yang membuat ikatan-ikatan pada molekul zat padat bergetar. Titik leleh adalah suatu temperatur zat padat yang zat padatnya mengalami perubahan dari padat menjadi cair pada tekanan 1 atm. Untuk mengubah padatan menjadi cairan di perlukan kalor. Pada proses pelelehan di dalam kesetimbangan di perlukan perubahan suhu dan tekanan. Jika pada suatu senyawa terdapat zat asing atau zat pengotor maka akan mempengaruhi proses pelelehan zat tersebut dan membuat trayek leleh zat makin lebar. Untuk pengukuran suhu pada zat haruslah tepat pada saat zat tersebut meleleh. Ada beberapa alat yang digunakan untuk mengukur titik leleh berdasarkan besarnya titik leleh seperti: Thiele yang menggunakan minyak farafin atau oli sebagai pemanas dengan titik leleh yang dimiliki 25-180oC. Thomas-hoover yang menggunakan silikon oli dengan titik leleh 25-300oC. Mel-temp untuk titik leleh suatu zat sebesar 25-400oC menggunakan melting block. Fisher-johns  yang menggunakan heating-block dan kaca objek untuk menyimpan zatnya dengan titik leleh sebesar 25-300oC(Tim kimia organik 1, 2016). 
       Normalnya titik leleh suatu zat padatan berada pada tekanan 1 atm dan tititk leleh normal suatu es adalah 0,00oC sehingga air cair dan es berada pada kesetimbangan 1 atm. Apabila suhu di turunkan sedikit maka semua air akan berubah menjadi beku atau es sedangkan jika suhu dinaikkan sedikit maka semua es akan mencair atau meleleh. Biasanya pada titik leleh sering dihadapkan dengan istilah-istilah normal karna pada titik leleh tidak bergantung pada tekanan (David, 2010). 
         Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu zat dapat dengan cepat atau lambat meleleh. Pertama ukuran zat atau sampel, jika suatu zat yang akan dilelehkan ukurannya cukup besar maka proses pelelehan akan lama tapi apabila zat yang akan dilelehkan ukurannya relatif kecil maka proses pelelehan akan berjalan cepat. Kedua banyaknya sampel, jika sampel atau zat yang akan dilelehkan banyak makan pelelehan akan berjalan cukup lama begitu juga sebaliknya. Ketiga pemanasan dalam kapiler, dalam melakukan pemanasan pada pipa kapiler haruslah menggunakan bara api atau panas yang dihasilkan oleh listrik seperti alat melting point apparatus (Susanti,2014).
          Titik leleh suatu zat padat yaitu keadaan dimana suatu zat padat mengalami perubahan fasa dari suatu padatan menjadi cairan atau bahkan menjadi uap pada temperatur tertentu. Dari proses melelehnya zat padat sampai zat padat meleleh sepenuhnya dapat diketahui kemurnian zat tersebut apabila semakin kecil selisih suhunya dapat kita ketahui bahwa kemurnian zat tersebut tinggi dan apabila selisih suhu yang didapatkan besar maka kemurnian zat tersebut kecil atau dapat dikatakan zat tersebut tidak murni. 
       Kita ketahui bahwa termometer yang kita kenal dapat mengukur suhu baik itu panas ataupun pada saat kondisi dingin dari suatu padatan, cairan bahkan uap. Dari pengukuran suhu menggunakan termometer pada saat melakukan suatu percobaan sangat berpengaruh untuk kita mengetahui tindakan apa yang akan kita lakukan pada suatu sampel yang di teliti seperti penentuan titik leleh suatu zat. Oleh karena itu sebelum kita melakukan suatu percobaan yang berkaitan dengan suhu ataupun pengukuran suhu menggunakan termometer harus lah teliti dan termometer yang akan digunakan haruslah di kalibrasi terlebih dahulu (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/). 
     Pada berbagai eksperimen atau percobaan termometer sering digunakan terutama dalam bidang fisika. Semakin berkembangnya jaman termometerpun semakin berkembang, pada masa moderen seperti saat ini telah ada termometer digital yang menggunakan logam sebagau sensor dalam mengukur suhunya dan penampilan suhunya pun dalam bentuk angga yang lebih mudah untuk dibaca. Ada empat jenis utama sensor suhu yang digunakan yaitu Thermocouple (T/C), resistance temperatur detector, termistor dan IC sensor (Jamzuri,2016).

 V. Alat dan Bahan
     5.1 Alat
           ·     Labu erlenmeyer
           ·    Termometer
           ·    Gabus
           ·    Bunsen
           ·    Pipa gelas kapiler
           ·    Stick yang berlobang
           ·    Benang
           ·    Melting point apparatus

     5.2 Bahan
           ·    Es batu
           ·    Aquades
           ·    Minyak
           ·    Naftalena
           ·    Glukosa
           ·     Alpha-naftol
           ·    Asam benzoat
           ·    Maltosa

VI. Prosedur Kerja
6.1 Kalibrasi Termometer
a) Buat campuran bubuk es dan air dalam labu erlenmeyer 250 ml sehingga 2/5 bagian volumenya terisi.
b) Masukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es + air, sumbatlah mulut labu erlenmeyer tersebut dengan gabus, sehingga campuran tersebut terisolasi dari udara luar.
c)  Catat batas bawah skala termometer tersebut.
d)  Angkatlah termometer dan ulangi prosedur a-c tersebut.
e)  Rancang kembali alat dengan mengisi 2/5 bagian erlenmeyer dengan aquades.
f) Masukkan termometer hingga tepat 1 cm diatas permukaan air, sumbat dan usahkan termometer berada pasa posisi tegak/vertikal.
g) Lakukan pemanasan dan catat suhu saat air mulai mendidih dan suhu tidak naik-naik lagi (konstan).
h)  Ulangi prosedur c-g sekali lagi.

6.2 Penentuan Titik Leleh
a)  Ambil pipa gelas kapiler, lalu bakar ujung sehingga tertutup.
b) Masukkan sampel zat murni atau campuran dari ujung lainnya. Lalu padatkan dengan batuan stick yang berlobang tengahnya. Tinggi sampel dalam pipa kapiler tidak lebih dari 2 mm.
c)  Kemudian pipa kapiler yang telah berisi sampel tersebut diikatkan denga menggunakan benang (bagian ujung bawah termometer).
d)  Masukkan alat tersebut kedalam erlenmeyer yang telah diisi air atau minya (tergantung tinggi TL zat tersebut) dengan mengisi 2/3 erlenmeyer dan sumbat dengan gabus mulut erlenmeyer.
e)  Panaskan perangkat alat ini secara perlahan dan catat suhu saat tepat zat meleleh sehingga semua zat meleleh.
f)   Lakukan prosedur a-e sebanyak dua kali untuk tiap sampel yang diberikan. Sampel murni terdiri dari naftalen, glukosa, alpha-naftol, asam benzoat dan maltosa.
g)  Dengan cara yang sama tentukan titik leleh campuran dua senyawa dengan porsi 1:1, 1:3, dan 3:1. Gambarkan titik autentik yang diperoleh. Untuk hasil yang baik, gambarkan titik autentik pada kertas millimeter blok, gambarkan titik autentik pada kertas millimeter block (kertas grafik).

6.3 Demonstrasi Titik Leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus)
     Alat ini khusus digunakan untuk penetuan titik leleh dengan menggunakan sumber panasnya listrik dan skala suhu ditunjukkan oleh sinyal digital.
     Sampel yang akan ditentukan titik lelehnya ditempatkan pada pipa gelas kapiler setebal lebih kurang 2mm. Pipa kapiler ini akan ditempatkan alat bagian atas. Terdapat 3 lubang yang diamternya 3 mm, lubang tengah untuk pipa kapiler yang berisi sampel dan dua lubang lain dengan pipa kapiler kosong.
Alat kemudian dihubungkan dengan tombol listrik on-kan. variabel suhu dapat diatur dengan tombol agar naik secara konstan dengan kecepatan tertentu. pengamatan dapat dilakukan dari lubang kecil di sisi depan alat ini.
    
lampiran vidio
       https://www.youtube.com/watch?v=hyCGFFQFevo

PERTANYAAN.
1. pada vidio di atas kenapa KNO3 perlu digerus terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam pipa      kapiler?
2. apa fungsi dari pembakaran pada salah satu ujung pipa kapiler?
3. mengapa dalam memadatkan zat didalam pipa kapiler diperlukan bantuan stick yang berlobang          ditengahnya?

Jumat, 22 Februari 2019

Jurnal (percobaan 1) Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik dan Penentuan Kelas Kelarutan


JURNAL
KIMIA ORGANIK I




DISUSUN OLEH:
SHEILA SAGITA
(A1C117009)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

2019



PERCOBAAN 1

I.         Judul Praktikum               : Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik Dan Penentuan Kelas                                                   Kelarutan

II.      Hari / Tanggal Praktikum  : Sabtu / 23 Februari 2019

III.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
a.    Dapat mengetahui prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia organik.
b. Dapat mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutannya.
c.    Dapat mencoba beberapa senyawa unknow untuk dianalisa.

IV.   Landasan Teori 
           Mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O dapat di lakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis untuk melakukan identifikasi elemen,spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). 
              Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui (unknow). Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik. Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya.
        Tahap pertama analisa organik kualitatif adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang danfosfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan senyawa tembaga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan CO2 yang menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjuukan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan H2O akan terlihat berupa uap/tetesan air dalam tabung reaksi. 
            Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen dan belerang ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senya organik yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logan natrium membentuk senyawa-senyawa anorganiknya (Tim kimia organik 1, 2016). 
              Sifat fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan tergantung pada struktur, gugus fungsi, dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik sangat menentukan sifat reaksinya. Seperti halide (alkil halida), hidroksil (alkohol dan karboksilat), karbonil (aldehida dan keton), amino, dan sulfonil. Ada dua jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif membahas mengenai identifikasi zat – zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur (Vogel, 1985). 
      Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru ( http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/ ). 
            Dulu senyawa karbon tidak dapat dibuat di laboratorium tetapi setelah Fredich Wohler berhasil membuat urea melalui pemanasan pada tahun 1923, maka senyawa organik lain mulai dibuat di laboratorium. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih pasti dapat ditunjuk mealui cara kimia yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO) dan hidrogen (H) menjadi H2O. Gas CO2 dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengerahkan air kapur, sedang air dapat dikenali dengan kertas kobalt. Air mengubah warna kertas  kobalt dari biru menjadi merah muda (pink).
Sampel + Oksidator Ã  CO2 (g) + H2O (l)
CO2 (g) + Ca (OH)2 Ã  CaCo3(s) + H2O (l)
Kertas kobalt biru + H2O(l) Ã  kertas kobalt merah muda.
Karbon dan hidrogen akan teroksidasi menjadi CO2 dan H2O. Karbon dioksida (CO2) dikenali 
dengan menggunakan air kapur, sedang air dikenali dengan menggunakan kertas kobalt (Ralph, 
2001).

V.      Alat dan Bahan
5.1         Alat
1.      Cawan porselin
2.      Bunsen
3.      Tabung reaksi pyrex
4.      Tabung reaksi besar
5.      Tabung reaksi kecil
6.      Pipa pengalir gas
7.      Gelas kimia
8.      Pipet tetes
5.2         Bahan
1.      Serbuk CuO
2.      Gula
3.      Larutan Ca(OH)2
4.      Larutan CCl4
5.      Larutan HNO3 encer
6.      Larutan AgNO3 encer
7.      Larutan Na-nitroprosida
8.      Larutan FeSO4
9.      Larutan FeCl3
10.  Larutan KF 10%
11.  Larutan NaOH
12.  Larutan HCl
13.  Larutan NaHCO­3
14.  Larutan H2SO4
15.  Larutan L
16.  Logam Na
17.  CaO bebas halogen
18.  Air suling
19.  Kertas saring
20.  Asam asetat
21.  Pb-asetat 10%
22.  Asam sulfat encer
23.  Kawat tembaga

VI.   Prosedur Kerja
6.1 Analisis Unsur
6.1.1 Karbon dan Hidrogen
      Tempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering dalam cawan porselin, keringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen. Selagi CuO hangat, campurkan hati-hati denga sejumlah gula (lebih kurang 1/10 jumlah CuO), pindahkan kedalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi sumbat dan pipa pengalir gas. Sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2. Panaskan campuran, amati hasilnya. Perhatikan air yang mengembun ditabung reaksi bagian atas.

6.1.2 Halogen
      Tes Beilstein. Panaskan kawat tembaga sampai kemerah- merahan, dan tak memberikan nyala lain. Dinginkan, lalu tetesi kawat tersebut dengan dua tetes CCL4. Pijarkan kembali lalu amati warna nyala yang ditunjukkan oleh uap Cu-halida yang terbentuk.
       Tes CaO. Dalam tabung reaksi besar, panaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi. Ketika masih panas tambahkan dua tets CCL4. Setelah dingin, didihkan dengan 5-10 ml air suling, lalu tuangkan kedalam gelas kimia 100 ml dan larutan dalam HNO3 encer ( 1 Vol HNO3 pekat dalam 1 vol air suling). Kalau larutan jernih tak didapat, sarign dengan kertas saring biasa. Tambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer ( 5-10%). Amati apa yang terjadi.

6.1.3 Metode Leburan dengan Natrium
         Tempatkan tabung reaksi kecil (50 x 80 mm) dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai pemegang, masukkan sebiji logam Na ( lebih kurang sebesar biji kacang hijau ). Panaskan hati-hati sampai meleleh dan uap Na bagian bawah tabung. Hentikan nyala api untuk sementara, lalu tambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya. Jika zat nya padat masukkan sedikit butiran saja dan jika cair masukkan beberapa tetes. Reaksi eksoterm akan terjadi dengan spontan. Pijarkan kembali tabung sampai membara ( usahakan zat di dalam tabung jangan sampai terbakar ). Ketika tabung masih membara, masukkan tabung ke gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling. Tabung akan segera pecah, sisa sedikit Na akan bereaksi dengan iar. Bila rekasi sudah kembali tenang, hancurkan bagian sisa tabung dalam gelas kimia tadi, lalu didihkan diatas api. Saring dengan kertas saring biasa lalu gunakan larutan ini (= Larutan Lassaigne) untu keperluas tes-tes berikutnya.

a. Belerang
    Asamkan 3 ml larutan dengan asam asetat, didihkan dan periksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang sudah di tetes Pb-asetat 10%. Amati yang terjadi. Pada bagian larutan L lainnya, tambahkan 1-2 tetes larutan ( Na- nitroprosida). Amati larutan yang terjadi.

b. Nitrogen
   Kedalam 3 ml larutan L tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang masih baru, 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes larutan KF 10%. Tambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH 10% sampai bersifat basa lalu didihkan (hati-hati terjadi bumping). Jika belerang tidak ada, dinginkan dan asamkan dengan asam sulfat encer (20-25%). Endapan biru berlin menandakan adanya N dan mungkin baru muncul setelah beberapa saat didiamkan.
     Bila belerang ada, maka percobaan diubah menjadi seperti berikut: tambahkan pada larutan L 5 ml tetes FeSO4 masih baru, lalu 1-2 ml larutan NaOH 10% sampai basa. Panaskan sampai mendidih (hati-hati bumping). Saring endapan FeS. Asamakan dengan larutan H2SO4 encer (10-20%), tambahkan 5 tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan endapan biru berlin.

c. Halogen
    Asamkan 3 ml larutan L dengan larutan HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1 vol air). Jika N dan S ada, didihkan hati-hati untuk 5-10 menit, untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin terbentuk. Tambahkan 5 ml larutan AgNO3 encer (5-10%), dan lanjutkan pendidihan beberapa menit. Endapan yang banyak menandakan adanya halogen, bila sedikit mungkin hanya pengotor dalam pereaksi.

6.2 Penentuan Kelas Kelarutan
    Tentukan kelas kelarutan dari 5 senyawa yang ditunjukkan oleh dosen/asisten, catat: nama senyawa, struktur (cari dalam handbok), unsur yang dikandungnya dan bau serta warnanya.

6.2.1 Kelarutan Dalam Air
        Kedalam tabung reaksi besar masukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair, lalu tambahkan 3 ml air suling, kocok kuat-kuat. Larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh brarti tak larut dalam air (-). Bila hasilnya (+) selanjutnya lakukan tes kelarutan dalam eter, bila (-) lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya.

6.2.2 Kelarutan Dalam Eter
      Sama seperti diatas dengan menambahkan 3 ml pelarut eter.  Bila jernih artinya (+) larut dalam eter atau sebaliknya.

6.2.3 Kelarutan Dalam NaOH 5%
        Sama seperti diatas, tambahkan 3 ml larutan NaOH 5%. Larutan jernih brarti (+), biasanya ada juga disertai dengan perubahan warna-dan bila larutan keruh brarti (-). Kalau terjadi keraguan, campuran disaring dan filtratrnya dinetralkan dengan asam HCl encer,jika keruh artinya tesnya (+). Bila (+) lanjutkan dengan NaHCO3.

6.2.4 Kelarutan Dalam NaHCO3 5%
          Sama seperti diatas, dengan menambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%. Bila timbul gas CO2 berarti hasilnya (+) dan sebaliknya (-).

6.2.5 Kelarutan Dalam HCl
         Sama seperti diatas, tambahkan 5 ml larutan HCl 5% kocok dan amati. Larutan jernih brarti hasilnya (+). Bila keruh, kalau meragukan campuran disaring lalu kedalam filtrat netralkan dengan larutan NaOH encer. Bila larutan jadi keruh berarti hasilnya (+).

6.2.6 Kelarutan Dalam H2SO4 Pekat
       Sama seperti diatas, tambahkan 3 ml H2SO4 pekat kocok hati-hati. Bila jernih atau timbul panas atau perubahan warna berarti (+).

6.2.7 Kelarutan Dalam H3PO4 Pekat
        Sama seperti diatas dengan menambahkan asam sulfat pekat. Jernih artinya (+). Selanjutnya dibuat tabel atau diagram hasil pengamatan kelarutan dan ambil kesimpulannya.

VIDIO
https://www.youtube.com/watch?v=F8m3ti2FoAc&feature=youtu.be

PERTANYAAN:
1. Apa fungsi asam asetat yang ditambahkan kedalam ekstrak lassaigne pada uji timbal asetat untuk menentukan keberadaan belerang?
2. Mengapa natrium sulfida harus diekstraksi dengan merebus massa yang menyatu dengan air suling?
3. Bagaimana cara kita mengetahui terdapat belerang pada ekstrak lassaigne dengan tes natrium nitroprusida?